Koneksi antar Materi 1.4.a.8

 Peran saya dalam menciptakan budaya positif di sekolah membutuhkan proses yang tidak mudah.Saya sadari sekolah diibaratkan sebagai tanah tempat bercocok tanam sehingga guru harus mengusahakan sekolah menjadi lingkungan yang menyenangkan, menjaga dan melindungi murid dari hal-hal yang tidak baik. Di awal semester sebelum saya mengikuti Pendidikan Guru Penggerak, banyak siswa sering tidak hadir baik karena sakit, ijin, ataupun tanpa keterangan. Seiring berjalannya waktu, pembelajaran guru penggerak ini saya aplikasikan walaupun hanya sedikit demi sedikit.Jujur, di awal saya tercengang ketika membaca dan memahami filosofi pendidikan Ki Hadjar Dewantara, dimana kita sebagai guru bukan hanya menuntun siswa  mengikuti kemauan kita , namun harus berpihak pada mereka ( murid ) sesuai dengan kodrat alam dan zaman, pun guru harus menghamba kepada murid demi kemajuan pendidikan di Indonesia. 3 bulan terakhir ini saya merasakan murid- murid selalu hadir  di kelas dengan tepat waktu, buku absen pun tidak dikotori dengan simbol s,a,i. Selain itu , tugas yang mereka  kerjakan selalu tuntas dalam kesehariannya. Semangat mereka mereka yang luar biasa menjadi energi positif di kelas kami 6 C. Dalam keseharian memang saya mencoba mengubah pemikiran dan tindakan saya. Sebelumnya,ketika ada siswa yang melakukan kesalahan,kami membuat kesepakatan untuk menghukumnya dengan melaksanakan piket kelas naik itu 1 hari, 1 Minggu, bahkan pernah 1 bulan. Hal tersebut pun saya ubah lagi kesepakatannya , jika ada murid yang melakukan kesalahan , dia harus Istighfar atau mohon ampun pada Tuhan  dan meminta maaf kepada teman yang dijahilinya.

Comments

Popular posts from this blog

Menulis Buku dari Karya Ilmiah

Produktif di Usia Senja

Kekuatan dari Sebuah Tulisan